Diposkan pada Tur Cerita Rakyat

Sangkuriang, Legenda Tangkuban Perahu

pemandangan tangkuban perahuGambar ini adalah indahnya pesona Tangkuban Perahu di Bandung bagian utara. Konon, ini ada ceritanya lho. Wallahu ‘alam. Gunung itu (semua sudah tahu) adalah perahu yang tertelungkup karena tendangan amarah Sangkuriang karena gagal meminang Dayang Sumbi, ibunya sendiri yang terlihat cantik dan awet muda karena memakan daging si Tuma, jelmaan suaminya berupa anjing yang dibunuh Sangkuriang sewaktu kecil. Karena marah, akhirnya Dayang Sumbi memukul dan mengusir Sangkuriang dari rumah. Bagaimanakah kisahnya. Banyak sekali versinya.

Penulis:

Arek Pacitan Asli; Suka Belajar; Suka Membaca; Suka Menulis; Jogging Tiap Selasa, Jumat dan Minggu; Elegan; Ramah; dan Bersahaja

32 tanggapan untuk “Sangkuriang, Legenda Tangkuban Perahu

  1. Tangkuban Perahu, or Tangkuban Parahu in local Sundanese dialect, is an active volcano 30 km north of the city of Bandung, the provincial capital of West Java, Indonesia. It is a popular tourist attraction where tourists can hike or ride to the edge of the crater to view the hot water springs upclose, and buy eggs cooked on its hot surface. This stratovolcano is on the island of Java and last erupted in 1983.

    Suka

  2. In April 2005 the Directorate of Volcanology and Geological Hazard Mitigation raised an alert, forbidding visitors from going up the volcano. “Sensors on the slopes of the two mountains – Anak Krakatoa on the southern tip of Sumatra Island and Tangkuban Perahu in Java – picked up an increase in volcanic activity and a build up of gases, said government volcanologist Syamsul Rizal.”

    Suka

  3. The name translates roughly to “upturning of (a) boat” or “upturned boat” in Sundanese, referring to the local legend of its creation. The story tells of “Dayang Sumbi”, a beauty who lived in West Java. She cast away her son “Sangkuriang” for disobedience, and in her sadness was granted the power of eternal youth by the gods. After many years in exile, Sangkuriang decided to return to his home, long after the two had forgotten and failed to recognize each other. Sangkuriang fell in love with Dayang Sumbi and planned to marry her, only for Dayang Sumbi to recognize his birthmark just as he was about to go hunting. In order to prevent the marriage from taking place, Dayang Sumbi asked Sangkuriang to (1) build a dam on the river Citarum and (2) build a large boat to cross the river, both before the sunrise. Sangkuriang meditated and summoned mythical ogre-like creatures -buta hejo or green giant(s)- to do his bidding. Dayang Sumbi saw that the tasks were almost completed and called on her workers to spread red silk cloths east of the city, to give the impression of impending sunrise. Sangkuriang was fooled, and upon believing that he had failed, kicked the dam and the unfinished boat, resulting in severe flooding and the creation of Tangkuban perahu from the hull of the boat.

    Suka

  4. Nama Tangkuban Perahu sangat lekat dengan sebuah legenda tanah Sunda yang sangat terkenal, yaitu Sangkuriang. Gunung Tangkuban Perahu yang dari kejauhan tampak seperti perahu terbalik, konon diakibatkan oleh kesaktian Sangkuriang yang gagal meyelesaikan tugasnya dalam membuat perahu dalam waktu semalam untuk menikahi Dayang Sumbi yang tak lain adalah ibu kandungnya sendiri. Karena begitu kesalnya tidak dapat menyelesaikan pembuatan perahu tersebut, akhirnya Sangkuriang menendang perahu yang belum jadi tersebut. Legenda diataslah yang menjadi kaitan erat dalam penamaan gunung Tangkuban Perahu.

    Suka

  5. Gunung yang terakhir meletus pada tahun 1910, memiliki 9 kawah yang masih aktif hingga sekarang. Banyaknya letusan yang terjadi dalam 1.5 abad terakhirlah yang menyebabkan banyaknya kawah – kawah pada gunung Tangkuban Perahu. Kawah-kawah tersebut adalah Kawah Ratu, Upas, Domas, Baru, Jurig, Badak, Jurian, Siluman dan Pangguyungan Badak. Di antara kawah-kawah tersebut, Kawah Ratu merupakan kawah yang terbesar, dikuti dengan Kawah Upas yang terletak bersebelahan dengan kawah Ratu. Beberapa kawah mengeluarkan bau asap belerang, bahkan ada kawah yang dilarang untuk dituruni, karena bau asapnya mengandung racun.

    Suka

  6. Pesona gunung Tangkuban Perahu ini begitu mengagumkan, bahkan, pada saat cuaca cerah, lekukan tanah pada dinding kawah dapat terlihat dengan jelas, tidak hanya itu, dasar kawah pun dapat kita nikmati keindahannya yang sangat mengagumkan. Keindahan alam inilah yang menjadikan Tangkuban Perahu menjadi salah satu tempat wisata alam andalan Propinsi Jawa Barat, khususnya Bandung. Setiap akhir pekan, kawasan Tangkuban Perahu selalu dipadati oleh pengunjung yang ingin menyaksikan indahnya panorama gunung Tangkuban Perahu. Bahkan, pada suasana libur panjang, pangunjung yang datang ke lokasi wisata ini bisa mencapai ribuan setiap harinya.

    Suka

  7. Merupakan dialek sunda yang membawa maksud perahu terbalik. Kawah gunung berapi yang aktif terletak 30 Km dari Bandung, dalam provinsi Jawa Barat,terakir meletup pada 1983. Memang terkenal sebagai produk pelancongan.

    Suka

  8. Gunung Tangkuban Perahu terletak di Lembang (kurang lebih 30 km sebelah utara Kota Bandung), kalau gag macet mungkin kita bisa nyampe sana 30 s/d 45 menit, biasa’nya macet di deket terminal bis Ledeng tuh, ya biasalah keluar masuk kendaraan dari dan ke Terminal bikin laju kendaraan jadi agak2 tersendat gitu.. Tangkuban Perahu sebenarnya adalah Gunung Berapi, kenapa nama’nya Tangkuban Perahu? Kalo dalam bahasa Sunda artinya tuh Perahu Kebalik (hehe, bener gag yah? Tangkub = Telungkup), yup bentuk gunung-nya tuh seperti perahu yang terbalik.. Kalo gitu kenapa perahu-nya bisa kebalik Om?

    Suka

  9. Gw ama My SS menuju Tangkuban Perahu pake angkutan umum sodara2, murah-meriah sambil muterin kota Bandung, asli seneng banget liat sobat gw itu sumringah dengan pemandangan yang ia lihat di sepanjang perjalanan, “keren yaaa, secara di Jakarta kanan kiri gw cuma liat Gedung-gedung yang berjejalan, sumpek n sesak, heeee” kata My SS. Memang sejauh mata memandang, sejuuuuuk banget deh liat pohon2 pinus yang hijau & udara yang extremely fresh, wow this is great!!

    Suka

  10. Mt. Tangkuban Perahu is Bandung’s most famous tourist volcano just 28 km north of the city. This volcano offers many places to see and explore. Whether you look into the huge crater or hike down into it, stroll through the forest on its slopes, or simply enjoy the splendid panoramic view, Mt. Tangkuban Perahu is an interesting destination that everyone in the Bandung area is fond of visiting. When seen from Bandung, Mt. Tangkuban Perahu has a distinctive shape, like an upside down boat. Tangkuban Perahu means, in fact, “up-turned boat” This peculiar shape has stimulated the fantasy of the Sundanese people from early times as expressed in the Legend of Sangkuriang.

    Suka

  11. udah beberapa kali kesana, emang cantik tuh pemandangannya 🙂
    sempat nyoba makan telur yang direbus langsung di air yang mendidih nggak ?
    he-eh, di sana dijual banyak aneka boneka 🙂
    bagaimana dengan keamanannya sekarang ? masih banyak juga turis asingnya ?

    Suka

  12. hieee.. tangkuban perahu..
    terakhir kesana pas sd dulu..
    soalnya gak begitu suka jalan2 si..
    mending melewati hari dgn ngobrol bersama temen deket.. hihihi

    Suka

  13. You can hire a taxi or (a minimum 5 hour use and pay more for each extra hour), or join a tour organized by a travel agent. You can also go by public transportation (but less conveniently). Travel first north to Lembang, then change then to Subang, get off at the Tangkuban Perahu toll gate. A sign at the crossroads in the northern part of Lembang directs you left Subang and Mt. Tangkuban Perahu or straight ahead to the Maribaya hot springs.

    Suka

  14. The road from Lembang to Mt. Tangkuban Perahu goes past fruit and vegetable fields and stalls, and if you’re travelling just after sunrise, the morning mist still shrouds the villages of the Lembang plain, a truly idylic sight. Eventually the road enters a pine forest and 2 km after that, right in the forest, is a marked turn off to the left and you can find a toll gate where you pay an entrance fee.

    Suka

  15. Visit the top crater first and do the lower one later. Just follow the road until you reach the crater rim at an elevation of 1,830 m. Tangkuban Perahu is Bandung’s most popular tourist spot, the immediacy of the crater is overwhelming, despite all the souvenir sellers. As the crater is easily accessible by car and public transport, a great number of people are there every Sunday, and on public holidays; so if you want to avoid the crowds, go on a weekday, or early morning on Saturdays and Sundays.

    Suka

  16. Dahulu kala tersebutlah seorang puteri raja di wilayah Jawa Barat bernama Dayang Sumbi. Ia mempunyai seorang anak laki-laki yang diberi nama Sangkuriang. Anak tersebut sangat gemar berburu.
    Bila berburu,Sangkuriang selalu ditemani oleh seekor anjing kesayangan istana, Tumang namanya. Namun, Sangkuriang tidak tahu bahwa anjing itu adalah titisan dewa dan juga bapaknya. Pada suatu hari ketika sedang berburu, Tumang tidak mau mengikuti perintah Sangkuriang untuk mengejar hewan buruan. Maka anjing tersebut diusirnya ke dalam hutan.
    Ketika kembali ke istana, Sangkuriang menceritakan kejadian itu pada ibunya. Bukan main marahnya Dayang Sumbi begitu mendengar cerita itu. Tanpa sengaja ia memukul kepala Sangkuriang dengan sendok nasi yang dipegangnya. Sangkuriang terluka. Ia sangat kecewa dan pergi mengembara.
    Setelah kejadian itu, Dayang Sumbi sangat menyesali dirinya. Ia selalu berdoa dan sangat tekun bertapa. Pada suatu ketika, para dewa memberinya sebuah hadiah. Ia akan selamanya muda dan memiliki kecantikan abadi.
    Setelah bertahun-tahun mengembara, Sangkuriang akhirnya berniat untuk kembali ke kampung halamannya. Sesampainya disana, kerajaan itu sudah berubah total. Disana dijumpainya seorang gadis jelita, yang tak lain adalah Dayang Sumbi. Terpesona oleh kecantikan wanita tersebut maka, Sangkuriang melamarnya. Karena Sangkuriang sangat tampan, Dayang Sumbi pun sangat terpesona padanya.
    Pada suatu hari Sangkuriang minta pamit untuk berburu. Ia minta tolong Dayang Sumbi untuk merapikan ikat kepalanya. Alangkah terkejutnya Dayang Sumbi ketika melihat bekas luka di kepala calon suaminya. Luka itu persis seperti luka anaknya yang telah pergi merantau. Setelah lama diperhatikannya, ternyata wajah pemuda itu sangat mirip dengan wajah anaknya. Ia menjadi sangat ketakutan.
    Kemudian ia mencari alasan untuk menggagalkan proses peminangan itu. Ia mengajukan dua buah syarat. Pertama, ia meminta Sangkuriang untuk membendung sungai Citarum. Dan kedua, ia minta Sangkuriang untuk membuat sebuah sampan besar untuk menyeberangi sungai itu. Kedua syarat itu harus sudah dipenuhi sebelum fajar menyingsing.
    Malam itu, Sangkuriang melakukan tapa. Dengan kesaktian yang dimilikinya, ia mengerahkan mahluk-mahluk gaib untuk membantu menyelesaikan pekerjaan itu. Dayang Sumbi pun diam-diam mengintip pekerjaan tersebut. Begitu pekerjaan itu hampir selesai, Dayang Sumbi memerintahkan pasukannya untuk menggelar kain sutra merah di sebelah timur kota dan Dayang Sumbi kemudian memukul-mukul lesung seperti orang yang sedang menumbuk padi sehingga membuat ayam-ayam berkokok mengira hari mulai pagi.
    Ketika mendengar kokok ayam dan menyaksikan warna memerah di timur kota, Sangkuriang mengira hari sudah menjelang pagi. Ia pun menghentikan pekerjaannya. Ia sangat marah karena tidak dapat memenuhi syarat yang diminta Dayang Sumbi apalagi Ia mengetahui kalau itu semua adalah perbuatan Dayang Sumbi.
    Dengan kekuatannya, ia menjebol bendungan yang dibuatnya. Terjadilah banjir besar melanda seluruh kota. Ia pun kemudian menendang sampan besar yang dibuatnya. Sampan itu melayang dan jatuh menjadi sebuah gunung yang bernama “Tangkuban Perahu.”

    Suka

  17. adalah legenda yang berasal dari Tatar Sunda. Legenda tersebut berkisah tentang penciptaan danau Bandung, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang dan Gunung Bukit Tunggul.

    Suka

  18. adalah legenda yang berasal dari Tatar Sunda. Legenda tersebut berkisah tentang penciptaan danau Bandung, Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang dan Gunung Bukit Tunggul.

    Suka

  19. Dari legenda tersebut, kita dapat menentukan sudah berapa lama orang Sunda hidup di dataran tinggi Bandung. Dari legenda tersebut yang didukung dengan fakta geologi, diperkirakan bahwa orang Sunda telah hidup di dataran ini sejak beribu tahun sebelum Masehi.

    Suka

  20. Legenda Sangkuriang awalnya merupakan tradisi lisan. Rujukan tertulis mengenai legenda ini ada pada naskah Bujangga Manik yang ditulis pada daun palem yang berasal dari akhir abad ke-15 atau awal abad ke-16 Masehi. Dalam naskha tersebut ditulis bahwa Pangeran Jaya Pakuan alias Pangeran Bujangga Manik atau Ameng Layaran mengunjungi tempat-tempat suci agama Hindu di pulau Jawa dan pulau Bali pada akhir abad ke-15.

    Suka

  21. Setelah melakukan perjalanan panjang, Bujangga Manik tiba di tempat yang sekarang menjadi kota Bandung. Dia menjadi saksi mata yang pertama kali menuliskan nama tempat ini beserta legendanya. Laporannya adalah sebagai berikut:

    Leumpang aing ka baratkeun (Aku berjalan ke arah barat)
    datang ka Bukit Patenggeng (kemudian datang ke Gunung Patenggeng)
    Sakakala Sang Kuriang (tempat legenda Sang Kuriang)
    Masa dek nyitu Ci tarum (Waktu akan membendung Citarum)
    Burung tembey kasiangan (tapi gagal karena kesiangan)

    Suka

  22. Berdasarkan legenda tersebut, diceritakan bahwa Raja SUNGGING PERBANGKARA pergi berburu. Di tengah hutan Sang Raja membuang air seni yang tertampung dalam daun “CARIANG” (keladi hutan). Seekor babi hutan betina bernama WAYUNGYANG yang tengah bertapa ingin menjadi manusia meminum air seni tadi. Wayungyang hamil dan melahirkan seorang bayi cantik. Bayi cantik itu dibawa ke keraton oleh ayahnya dan diberi nama DAYANG SUMBI alias RARASATI. Banyak para raja yang meminangnya, tetapi seorang pun tidak ada yang diterima. Akhirnya para raja saling berperang di antara sesamanya. Dayang Sumbi pun atas permitaannya sendiri mengasingkan diri di sebuah bukit ditemani seekor anjing jantan yaitu si TUMANG. Ketika sedang asyik bertenun, TOROPONG (torak) yang tengah digunakan bertenun kain terjatuh ke bawah. Dayang Sumbi karena merasa malas, terlontar ucapan tanpa dipikir dulu, dia berjanji siapa pun yang mengambilkan torak yang terjatuh bila berjenis kelamin laki-laki, akan dijadikan suaminya. Si Tumang mengambilkan torak dan diberikan kepada Dayang Sumbi. Dayang Sumbi akhirnya melahirkan bayi laki-laki diberi nama SANGKURIANG.

    Suka

  23. Ketika Sangkuriang berburu di dalam hutan disuruhnya si Tumang untuk mengejar babi betina Wayungyang. Karena si Tumang tidak menurut, lalu dibunuhnya. Hati si Tumang oleh Sangkuriang diberikan kepada Dayang Sumbi, lalu dimasak dan dimakannya. Setelah Dayang Sumbi mengetahui bahwa yang dimakannya adalah hati si Tumang, kemarahannya pun memuncak serta merta KEPALA Sangkuriang dipukul dengan senduk yang terbuat dari tempurung kelapa sehingga luka.

    Suka

  24. Sangkuriang pergi mengembara mengelilingi dunia. Setelah sekian lama berjalan ke arah TIMUR akhirnya sampailah di arah BARAT lagi dan tanpa sadar telah tiba kembali di tempat Dayang Sumbi, tempat ibunya berada. Sangkuriang tidak mengenal bahwa putri cantik yang ditemukannya adalah Dayang Sumbi – ibunya. Terjalinlah kisah kasih di antara kedua insan itu. Tanpa sengaja Dayang Sumbi mengetahui bahwa Sangkuriang adalah puteranya, dengan tanda luka di kepalanya. Walau demikian Sangkuriang tetap memaksa untuk menikahinya. Dayang Sumbi meminta agar Sangkuriang membuatkan PERAHU dan TALAGA (danau) dalam waktu semalam dengan membendung sungai CITARUM. Sangkuriang menyanggupinya.

    Suka

  25. Maka dibuatlah PERAHU dari sebuah pohon yang tumbuh di arah TIMUR, tunggul/pokok pohon itu berubah menjadi gunung BUKIT TUNGGUL. Rantingnya ditumpukkan di sebelah BARAT dan mejadi Gunung BURANGRANG. Dengan bantuan para GURIANG, bendungan pun hampir selesai dikerjakan. Tetapi Dayang Sumbi bermohon kepada Sang Hyang Tunggal agar maksud Sangkuriang tidak terwujud. Dayang Sumbi menebarkan irisan BOEH RARANG (kain putih hasil tenunannya), ketika itu pula fajar pun merekah di ufuk timur. Sangkuriang menjadi gusar, dipuncak kemarahannya, bendungan yang berada di SANGHYANG TIKORO dijebolnya, sumbat aliran sungai Citarum dilemparkannya ke arah timur dan menjelma menjadi Gunung MANGLAYANG. Air Talaga Bandung pun menjadi surut kembali. Perahu yang dikerjakan dengan bersusah payah ditendangnya ke arah utara dan berubah wujud menjadi GUNUNG TANGKUBANPARAHU.

    Suka

  26. Sangkuriang terus mengejar Dayang Sumbi yang mendadak menghilang di GUNUNG PUTRI dan berubah menjadi setangkai BUNGA JAKSI. Adapun Sangkuriang setelah sampai di sebuah tempat yang disebut dengan UJUNGBERUNG akhirnya menghilang ke alam gaib (Ngahiyang).

    Suka

  27. Legenda Sangkuriang sesuai dengan fakta geologi terciptanya danau Bandung dan Gunung Tangkuban Parahu.

    Penelitian geologis mutakhir menunjukkan bahwa sisa-sisa danau purba sudah berumur 125 ribu tahun. Danau tersebut mengering 16000 tahun yang lalu.

    Telah terjadi dua letusan Gunung Sunda purba dengan tipe letusan Plinian masing-masing 105000 dan 55000-50000 tahun yang lalu. Letusan plinian kedua telah meruntuhkan kaldera Gunung Sunda purba sehingga menciptakan Gunung Tangkuban Parahu, Gunung Burangrang (disebut juga Gunung Sunda), dan Gunung Bukit Tunggul.

    Suka

  28. Adalah sangat mungkin bahwa orang Sunda purba telah menempati dataran tinggi Bandung dan menyaksikan letusan Plinian kedua yang menyapu pemukiman sebelah barat sungai Cikapundung (utara dan barat laut Bandung) selama periode letusan pada 55000-50000 tahun yang lalu saat Gunung Tangkuban Parahu tercipta dari sisa-sisa Gunung Sunda purba. Masa ini adalah masanya homo sapiens; mereka telah teridentifikasi hidup di Australia selatan pada 62000 tahun yang lalu, semasa dengan Manusia Jawa (Wajak) sekitar 50000 tahun yang lalu.

    Suka

  29. Ehh?gw jg pernah ke tangkuban prahu looh!
    loe tau pa ga disana seger banget looh!
    disana bau belerang bangaet
    gue kesana waktu SMP bareng temen-temen gw
    UDAH DULU YA . . . . .?Salam kangen to yang baca ya!.muah

    Suka

Tinggalkan komentar